Bermacam-macam
amal (yang dilakukan hamba Allah) disebabkan berbeda-bedanya warid
(kondisi/suasana hati yang diberikan Allah kepada hambanya).
Yang
dimaksud warid adalah keadaan atau suasana hati yang mendorong kepada
melakukan amal perbuatan. Dan terkadang disebut pula hal demikian ini
dengan istilah al-haal.
Terkadang kita melihat ada seorang murid rajin
mengerjakan shalat, dan sebagian lainnya sibuk dengan mengerjakan puasa,
yang demikian ini karena warid dari Allah menarik orang untuk condong
mengerjakan sesuatu amal tertentu. Oleh karena itu diutamakan bagi
setiap orang untuk beramal sesuai dengan warid atau feeling yang datang
ke dalam hati mereka, pabila ia tidak mendapatkan bimbingan dari Syaikh
atau guru spiritual yang membimbingnya. Akan tetapi apabila ia dibawah
bimbingan syaikh, maka janganlah ia menyibukkan diri terhadap sesuatu
amalan apapun tanpa izin dan restu syaikhnya.
Dan kesimpulan dari
semua ini adalah bahwa berbeda-beda amal yang dilakukan oleh para murid
yang shidiq semua itu tumbuh dari adanya perbedaan warid yang datang di
dalam hati mereka. Maka sudah seharusnya mereka melakukan amal yang
sesuai dengan warid yang datang kepada mereka dengan syarat sebagaimana
yang disebutkan di atas, dan tidak melakukan amal yang tidak sesuai
dengan warid yang datang kepada mereka.
Selanjutnya dapat dikatakan
pula bahwa yang dimaksud warid adalah keadaan yang datang di dalam hati
dari beberapa macam ma’arif Rabbaniyah (pengetahuan hal ketuhanan) dan
asrar ruhaniyah (rahasia ruhani) yang menyebabkan hati merasakan
beberapa keadaan yang mendorong melakukan amal yang baik. Diantara warid
ada yang menyebabkan haibah dan ada pula warid yang menyebabkan hati
merasa selalu mengalir bersama taqdir Allah, dan sebagian lagi warid
yang menyebabkan al-qabdu (hati tergenggam oleh taqdir Allah) sehingga
hati menjadi sempit dan tidak berdaya di bawah genggaman kekuasaan
Ilahi, sebagian lagi ada pulan warid yang menyebabkan al-basthu
(kelapangan dan keluasan hati, sehingga hati merasakan kepuasan,
kebebasan dan kemerdekaan yang hakiki) dan lain sebagainya dari
bermacam-macam ahwal / keadaan. Dan karena warid yang bermacam-macam,
maka amal yang bersesuaian dengan warid tersebut juga berbeda-beda pula.
Dan amal dhahiriyah selamanya selalu mengikuti kondisi keadaan
bathiniyah hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar