TENANGKAN DIRIMU wahai murid DARI
TADBIR yaitu dalam urusan duniawimu. Yang dimaksud tadbir adalah
seseorang yang menentukan sesuatu atas dirinya mengenahi sesuatu hal /
keadaan dimana hal tersebut bersesuaian dengan syahwatnya, kemudian ia
mengikutinya dengan beberapa rekayasa dan usaha untuk mendapatkannya.
Dan hal yang demikian ini adalah kepayahan yang besar bagi manusia
karena terkadang banyak sekali keinginan yang diharapkan akan tetapi
sedikit yang di dapat yang sesuai dengan keinginannya. Adapun isyarat
kata ARIH NAFSAKA / tenangkan dirimu dimaksudkan bahwa yang harus
ditinggalkan adalah usaha yang menyebabkan kepayahan yang sangat.
Adapun
usaha untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk
memperkuat ibadah kepada Allah tidaklah tercela. KARENA SESUATU YANG
TELAH DIJAMIN BAGIMU OLEH ALLAH (DARI RIZKI) MAKA JANGANLAH KAMU
MENGAMBIL ALIH PERAN ITU. Yakni sesungguhnya setiap urusan menjadi
lapang apabila sudah ada yang mengerjakan selain dirimu yaitu Allah
Ta’ala. Dan apa saja yang telah ditanggung / dikerjakan oleh Selainmu,
maka tidak ada faidah keikut sertaanmu dalam peran itu dan apa yang
engkau adalah pekerjaan yang sia-sia / fudhul. Apalagi sampai
menyebabkan menginggalkan ibadah dan bertentangan dengan hukum Tuhan.
Dan seorang murid dijelaskan dalam masalah ini karena apabila la
bertawajuh menghadapkan seluruh jiwa raganya kepada Allah dan keadaannya
sibuk dengan berbagai wirid thariqah dalam amaliyah sehari-hari, maka
pada umumnya akan tertinggallah penghidupannya (menjadi miskin harta
benda).
Maka dalam kondisi seperti ini, datanglah syaitan mendekatinya
dan memasukkan rasa was-was/raug-ragu ke dalam hati murid, sehingga ia
akan merekayasa sesuatu usaha untuk dirinya dimana apa yang ia bayangkan
dan ia angan-angankan kebanyakan tidak pernah akan terjadi. Dan untuk
mengobati hal ini adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah dan
memperbanyak riyadhah sehingga syaitan menjauh darinya dan hatinya
berhasil menjadi lapang.
Usaha makhluk dalam urusan dunia secara
memforsir diri dan penuh rekayasa sebagaimana yang di sebutkan di atas
adalah tercela karena pada hakikatnya Allah SWT telah menjamin dan
menanggung bagi mereka akan rizki mereka. Dan Allah yang mengatur
segalanya. Adapun yang di tuntut oleh Allah dari manusia adalah
kelapangan hati dari kesibukan urusan dunia sehingga mereka dapat
berkonsentrasi beribadah kepada Allah dan memenuhi kewajiban yang
dibebankan kepada mereka. Akan tetapi kebanyakan yang berlaku pada
seorang hamba adalah ia membebankan dirinya sendiri untuk sibuk dengan
urusan duniawi karena dorongan untuk memenuhi tuntutan hawa nafsu dan
syahwat mereka dan sudah pasti yang demikian ini adalah kepayahan yang
sangat karena dengan kesibukannya melayani tuntutan syahwat pastilah
akan berkurang pelayanannya terhadap Tuhannya.
Hal demikian ini tentu
menyimpang dari kaidah-kaidah penghambaan diri kepada Allah dan berubah
menjadi penghambaan diri kepada hawa nafsu dan syahwat.
Kemudian dalam kesungguhan menmcari rizki untuk pemenuhan tuntutan
syahwat akan terdapat beberapa bahaya diantaranya meninggalkan ibadah
kepada allah, melakukan hal-hal yang menyimpang dari hukum Allah,
menyia-nyiakan umur sehingga sedikit ubudiyahnya kepada Allah, dimana
hal-hal tersebut sangat dijauhi oleh orang-orang berakal. Syaikh Sahal
bin AbdulLah berkata, “ tinggalkanlah tadbir dan ikhtiyar karena
sesungguhnya keduanya dapat memperkeruh hati manusia dalam
kehidupannya”.
Sayyidy Abu Al-Hasan Asy-Syazily RA berkata, “jika memang tidak boleh
tidak / harus bagi dirimu untuk ber tadbir, maka berusahalah untuk tidak
bertadbir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar