Amal lahiriyah
adalah seperti kerangka, sedangkan ruuhnya adalah adanya ikhlas di
dalamnya.Amal lahiriah diumpamakan seperti kerangka yang tidak memiliki
ruh, maka tidaklah ada manfaatnya. Adapun ruh dari amal sehingga amal
tersebut menjadi hidup adalah adanya sirri /tersembunyinya ikhlas di
dalam amal.Maka ikhlas itu berbeda-beda menurut berbeda-bedanya maqam
dan tingkatan yang dimiliki seseorang. Apabila termasuk golongan abrar,
maka keikhlasannya adalah selamatnya amal mereka dari riya’ yang
tersembunyi maupun yang terang-terangan dimana semua itu adalah bagian
dari tuntutan hawa nafsu. Maka hamba yang ikhlas adalah tidak beramal
melainkan hanya karena Allah Ta’ala, mencari apa yang dijanjikan oleh
Allah Ta’ala bagi orang – orang yang ikhlas yaitu pahala yang baik dan
tempat yang baik di akhirat nanti, dan lari dari apa yang diancamkan
oleh Allah Ta’ala bagi orang-orang yang tidak ikhlas dalam beramal yaitu
azab yang pedih dan buruknya perhitungan/hisab. Yang demikian ini
sesuai dengan firman Allah Ta’ala “Iyya-Ka na’budu” -“Kepada-Mu lah kami
menyembah”.
Maksudnya tidaklah sekali-kali kami menyembah selain hanya
kepada-Mu, dan sekali-kali tidaklah kami menyekutukan-Mu dengan
selain-Mu dalam ibadah kami. Kemudian ikhlasnya muhibbiin, muqarrabiin
dan ‘arifiin, yaitu beramal karena Allah Ta’ala, karena mengagungkan dan
memuliakan-Nya karena sesungguhnya Allah Ta’ala yang berhak dari yang
demikian ini. Bukan karena mengharapkan pahala ataupun karena takut
siksa-Nya. Oleh karena itu telah berkata Rabi’ah al’Adawiyah, “Tidaklah
aku menyembah-Mu karena takut kepada neraka-Mu dan tidak pula karena
menginginkan surga-Mu.”Ikhlas yang demikian ini telah melampaui daripada
memandang kepada diri sendiri dalam hal kekuatan dan kemampuan beramal.
Pandangannya hanya tertuju pada Al-Haq baik dalam gerak maupun diam
mereka tanpa melihat pada adanya kemampuan dan kekuatan dari diri mereka
sendiri. Maka tidaklah mereka beramal melainkan biLlah (dengan
pertolongan Allah Ta’ala) tidak dengan kemampuan dan kekuatan mereka.
Dan yang ini lebih tinggi tingkatannya dari yang sebelumnya.
Orang yang
memiliki jalan ini sesungguhnya telah berjalan pada jalan tauhid dan
yakin, dan selaras dengan firman Allah Ta’ala, “Iyya-Ka nasta’iin”.
“Hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan”. Artinya tiada
pertolongan kepada amal melainkan hanya dengan pertolongan Allah Ta’ala,
tidakdengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri.Oleh karena itu amal
yang pertama disebut dengan amal liLlah dan yang kedua amal biLlah. Amal
liLlah menyebabkan pahala, sedangkan amal biLlah menyebabkan kedekatan
dengan Allah Ta’ala. Amal liLlah menyebabkan benarnya ibadah, sedang
amal biLlah menyebabkan bersihnya iradah . Amal liLlah merupakan sikap
ahli ibadah, sedang amal biLlah adalah sikap para pendamba. Amal liLlah
menegakkan dzahiriyah sedangkan amal biLlah menegakkan bathin. Inilah
ibarat yang disampaikan imam Abil Qasim Al-Qusyairi RA.Maka keikhlasan
seorang hamba adalah ruh dari amalnya. Dengan adanya ruuh itu akan
menjadi hiduplah amal. Dan dengan ikhlas menjadi tanda diterimanya amal
serta sebaliknya dengan hilangnya ikhlas maka itu tanda kematian dan
gugurnya amal sehingga jadilah amal itu seperti bangkai tak bernyawa.
Telah berkata sebagian ulama, “Betulkan amalmu dengan ikhlas, dan
berulkan ikhlasmu dengan melepaskan diri dari perasaan mampu dan kuat
dalam beramal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar