ويؤثرون
على أنفسهم ولو كان
بهم خصاصة
Dan mereka (kaum Anshar) mengutamakan orang-orang Muhajirin
atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan
itu) (QS Al-Hasyr 9)
A'isyah berkata,
bahwa RasuluLloh SAWW bersabda :
السخي قريب من الله
تعالى قريب من الناس
قريب من الجنة. والبخيل
بعيد من الله, بعيد
من الناس, بعيد من
الجة, قريب من النار.
والجاهل السخي أحب الى
الله تعالى من العابد
البخيل
Orang yang murah
hati dekat dengan Alloh, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari
neraka. Orang yang bakhil jauh dari Alloh, jauh dari manusia, jauh dari surga
dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang murah hati lebih disukai Alloh daripada
orang ahli ibadah yang bakhil.
Syaikh Abu Ali Ad
Daqaq berkata, "Tiada perbedaan bagi lidah ilmu antara kedermawanan dan
murah hati. Al-Haqq tidak disifati dengan kedermawanan karena ketiadaan
pemberhentian. Hakikat kedermawanan adalah ketiadaan pemberian yang memberatkan
hati.
Murah hati bagi
suatu kaum menempati tingkatan yang pertama kemudian tingkatan dermawan dan
akhirnya tingkatan pengutamaan.
Orang yang
memberikan sesuatu kepada sebagian manusia dan menyisakan sebagian, maka dia adalah
orang yang murah hati. Orang yang memberikan sebagian besar miliknya dan
menyisakan sedikit untuk dirinya maka dia adalah orang yang dermawan. Orang
yang siap menahan panas penderitaan demi untuk mengutamakan orang lain dengan
penganugerahan total, maka dia adalah orang yang memiliki keutamaan.
Syaikh Abu Ali Ad
Daqaq menyampaikan ucapan Asma' bin Kharijah, seorang tabi'in dari Kuffah,
"Saya tidak suka memenuhi kehendak seseorang dari tuntutan hajatnya,
karena jika dia mulia maka saya akan menjaga kehormatannya, dan jika dia hina,
maka saya menjaga kehormatan saya".
Dikatakan bahwa
Mauriq Al-Ajali sangat halus dalam memasukkan kelembutan kasih sayangnya pada
kawan-kawannya. Suatu hari dia meletakkan seribu dirham pada kantong
mereka."Peganglah uang ini sampai saya kembali".Pesannya. Dia pergi
dan tidak lama kemudian ia mengirim seorang untuk menyampaikan pesan,
"Engkau halal memakai uang itu".
Seorang pria dari Manbaj (suatu wilayah dibawah kekuasaan
pemerintah Syiria) berjumpa dengan seorang pria dari penduduk Madinah.
"Dari penduduk mana lelaki itu ?" Tanya dia
"Dari Madinah".
"Telah berkunjung kepada kami seorang pria dari kaummu
yang dikenal dengan panggilan Hakim bin Muthalib. Dia memberi kekayaan kepada
kami".
"Bagaimana mungkin, saya tidak pernah datang kepadamu
melainkan hanya dengan pakaian jubah sufi".
"Dia tidak memberi kekayaan kepada kami dengan harta,
tetapi mengajari kami kemuliaan, sehingga masyarakat kami kembali saling
berbuat memberi kekayaan".
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq bercerita, "Ketika seorang
pelayan Khalil menuduh kaum sufi menjalankan ajaran sesat, maka khalifah
memerintahkan algojo untuk menangkap dan menghukum mereka dengan hukuman
pancung. Sementara Imam Al-Junaid selamat dari tuduhan tersebut karena
tertutupi dengan ajaran fikih. Beliau mengajarkan faham mazhab Abu Tsaur,
sedangkan yang lainnya seperti Asy-Syahham, An-Nuuri dan beberapa sufi yang
lain telah ditangkap dan dibawa ke hadapan algojo. Ketika eksekusi hendak
dijalankan, An-Nuuri minta untuk didahulukan. Seorang pemimpin algojo menjadi
heran.
"Sadarkah engkau, ketempat mana engkau minta
disegerakan ?" tanyanya kemudian.
"Ya"
"Apa yang membuatmu ingin didahulukan ?"
"Saya ingin mengutamakan kehidupan sesaat kepada
kawan-kawanku".An-Nuuri berkata sambiil memasrahkan lehernya untuk segera
dipancung.
Algojo itu bingung. Dia tidak bisa mengambil keputusan dan
untuk melakukan eksekusi sebagimana yang diperintahkan. Akhlak lelaki yang
hendak dipancungnya begitu menawan hatinya. Dia berusaha menyembunyikan berita
ini jangan sampai terdengar oleh khalifah, karena itu untuk mengetahui keadan
sebenarnya para tawanan itu, maka dia mengembalikan mereka kepada seorang
hakim. Hakim yang ditunjuk untuk menangani kasus itupun datang, menemui mereka.
Dia mendekati Ali Abu Hasan An-Nuuri lalau menanyakan beberapa masalah fikih
dan dijawabnya dengan benar.
"Sesungguhnya Alloh Adalah Zat Yang Disembah. Jika
mereka (kaum sufi) menegakkan, maka mereka menegakkan dengan Alloh, jika mereka
berbicara, mereka berbicara dengan Alloh". Jelas An-nuuri. Dia kemudian
berdiri dan berjalan sambil bibirnya melantunkan syair-syair ketuhanan sehingga
mengucurkan airmata sang hakim. Maka sang hakim itu segera mengirim surat
kepada khalifah dan mengatakan, "Jika mereka orang-orang (orang sufi) itu
kafir, maka apakah akan ada di permukaan bumi ini seorang yang muslim ?"
Dikatakan, bahwa Ali bin Fudhail jika jika membeli sesuatu,
dia melakukannya dari serambi pasar. Seseorang menyarankannya, "Kalau tuan
masuk pasar, tentu akan diberi harga murah." Dia menjawab, "Mereka
dekat dengan saya karena mengharapkan manfat dari saya". Diceritakan, ada
seseorang diutus untuk mendatangi sekumpulan pelayan. Lelaki yang mengutusnya
itu sedang duduk bersama kawan-kawannya. Dia mengatakan, "Sangat buruk
jika saya menjadikan pelayan itu hanya untuk saya, sementara kalian hadir. Saya
tidak senang mengkhususkan pelayanan hanya pada seseorang. Kalian semua punya
hak dan penghormatan." Orang-orang yang hadir berjumlah delapan puluh
orang, dan setiap seorang didampingi seorang pelayan.
Ubaidilah bin Abi Bakrah pernah kehausan di dalam suatu
perjalanan. Dia meminta minum pada seorang wanita yang sedang tinggal di
rumahnya. Wanita itupun megeluarkan minuman lalu berjalan kearah pintu dan
berdiri di baliknya.
"Menyingkirlah dan biarkan pelayanmu yang
mengambilnya," pintanya dengan halus. "Saya adalah seorang wanita
arab yang ditinggal mati pelayan saya dalam beberapa hari."
Ubaidilah menuruti permintaan wanita itu. Dia pulang dan
tidak lama kemudian pelayan UbaidiLlah datang sambil menyodorkan minuman yang
diberikan wanita tadi.
"berikanlah 10.000 dirham ini kepadanya". Pesan
Ubaidilah kepada pelayannya setelah meminum air pemberiannya.
"SubhanaLloh, engkau menghina saya ?" Wanita itu
marah yang ditujukan kepada Ubaidilah.
"Berikan kepadanya uang 20.000 dirham ini".
Pesannya lagi.
"Saya hanya mohon keselamatan pada Alloh."
"Wahai pelayan, bawalah uang 30.000 dirham ini
kepadanya." Kata Ubaidilah.
Sebelum pelayan Ubaidilah tiba di pintu, wanita itu telah
menutupnya. Dari dalam dia mengumpat, "Celakalah kamu !"
Akan tetapi pelayan itu tidak kehilangan akal. Dia
meletakkan uang itu di depan pintu dan ditinggalnya pergi. Wanita itu mengambil
dan menyimpannya. Dia tidak pernah menyentuhnya sampai banyak orang yang
mengambilnya.
Diaktakan bahwa kedermawanan adalah pemenuhan bisikan hati
yang pertama.
Dikatakan pada Qais bin Sa'ad bin Ubadah." Apakah
engkau pernah melihat seseorang yang lebih murah hati daripada anda ?"
"Ya, ketika saya turun ke desa," Jawabnya.
"Saya bertemu pada seorang wanita, lalu suaminya datang. Isteri itu
berkata kepada suaminya, "Engkau kedatangan seorang tamu."
Maka lelaki itu keluar mengambil seekor unta dan
menyembelihnya. Esok hari, datang tamu yang lain, dan keduanya melayaninya
sebagaimana hari kemarin. Saya heran melihat sikapnya yang aneh itu. 'Tuan',
sapa saya kepadanya. 'Saya belum makan apa yang tuan sembelih kemarin melainkan
hanya sedikit. Saya pikir tuan tak perlu memotong unta lagi.' Dia menjawab,
'Saya tidak akan memberi makan tamu-tamu saya dengan makanan yang sudah
menginap satu malam.' Saya tinggal di rumahnya selama dua atau tiga hari,
sementara langit masih mencurahkan hujan dan dia tetap memperlakukan tamu-tamnya
seperti itu. Ketika saya hendak berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, saya
meletakkan uang 100 dinar di rumahnya tanpa sepengetahuannya. 'Terimakasih dan
maafkan segala kesalahan saya. Saya hendak melanjutkan perjalanan,' Kata saya
kepada tuan rumah, kemudian sayapun berangkat. Ketika matahari telah naik
setingi beberapa tombak, tiba-tiab saya dikejutkan oleh suara lelaki yang
berteriak-teriak di belakang saya. 'Berhentilah hai musafir hina ! Engkau telah
memberiku harga pelayananku pada tamu-tamuku !' Dia berkata dengan nada sengit.
Dia tetap mengejarku sampai kudanya sejajar denganku dan kemudian menghadang di
depanku. 'Ambil uang itu'. Katanya memerintah. 'Jika tidak, maka engkau akan
saya tikam dengan pisau ini'.
Sayapun mengambil dan berpaling melanjutkan perjalanan
sambil mendendangkan syair :
Jika saya mengambil pahala
Yang telah saya berikan padanya
Maka cukup dengan demikian
Bagi orang yang memperkeruh
Ahmad bin Atha Ar-Ruzabari masuk rumah salah seorang
sahabatnya. Namun dia tidak menemukan tuan rumah. Penghuninya pergi sementara
pintunya tertutup. Dai berfikir, tuan rumah ini mengaku orang sufi, tetapi
mengapa pintu rumahnya tertutup.
"dobrak dan pecahkan pintunya." Perintahnya.
Kemudian dia bersama muridnya mengumpulkan semua yang ada di
dalam rumah , kemudian membawanya ke pasar dan menjualnya. Lalu dia dan
muridnya kembali ke rumah itu dan tinggal di dalam rumah tersebut. Ketika
pemilik rumah tiba, dia tidak berkata apa-apa selain diam, kemudian menyusul
isterinya. Dai masuk rumah dengan mengenakan baju yang bagus. Baju itu kemudian
dilepaskan sambil berkata, "wahai orang-orang yang tinggal di dalam rumah,
baju ini juga termasuk harta benda yang harus disingkirkan, maka juallah".
"Mengapa engkau memberatkan dirimu dengan pilihanmu
ini, "tegur suaminya.
"Diamlah, seperti inilah, syaikh ini telah menyadarkan
kita dan menghukum kita. Masih ada milik kita yang harus kita hinakan."
Suami isteri itu diam menekuri hidupnya.
Bisyr bin Harits mengatakan, "Memandang pada orang yang
bakhil dapat mengeraskan hati." Dikatakan ketika Qais bin Sa'id bin Ubadah
sakit, maka teman-temannya menangguhkan untuk hadir. Mereka sengaja
memperlambat kunjungan. Qais menanyakan tentang mereka lalu dijelaskan,
"Mereka merasa malu tentang hutang mereka yang belum dibayarkan
kepadamu".
"Semoga Alloh menghinakan harta yang mencegah kawanku
mengunjungi saya".
Kemudian Sa'id memanggil seseorang untuk mengumumkan
pesannya yang berbunyi : Barang siapa mepunyai tanggungan utang kepada Qais,
maka dia telah menghalalkannya. Semenjak pengumuman itu, banyak pengunjung yang
datang.
Dikatakan pada AbduLlah bin Ja'far, "Engkau memberikan
yang banyak jika diminta, dan bakhil dengan yang sedikit jika dicegah".
AbduLlah kemudian meluruskannya, "Sesungghnya saya
memberikan hartaku dan bakhil dengan akalku".
Dikisahkan bahwa AbduLlah bin Ja'far keluar dan menuju ke
pekarangan. Dia turun dari kudanya lalu memasuki kebun seorang tuan tanah. Di
dalam kebun itu terdapat seorang budak hitam yang usianya masih remaja. Budak
itu bekerja dengan giat seolah-olah tidak mengenal lelah. Ketika waktu makan
tiba, seorang suruhan tuannya membawakan makanan kepadanya lalu pulang. Belum
sampai ia menyentuh makanan, ada seekor anjing liar masuk kebun dan mendekati
budak itu. Budak itu memandangnya sejenak lalu melemparkan makanan itu kepada
anjing dan anjing pun segera melahapnya. Dai melempar lagi dan terus melempar
hingga jatah makannya habis dimakan anjing. AbduLlah memperhatikan dengan
seksama, kemudian dia mendekati budak itu.
"Wahai anak muda, berapa kali sehari engkau dikirimi
makanan oleh tuanmu ?" tanya AbduLlah.
"Apa yang ingin engkau lihat ?"
"Mengapa engkau mengutamakan anjing ini ?"
"Ini memang bukan bumi anjing, akan tetapi dia datang
dari tempat yang sangat jauh. Dai tentu sangat lapar,dan saya tidak suka
menolaknya".
"Apakah engkau melakukannya setiap hari ?"
"Saya kosongkan perutku dan melipatnya pada hari
ini". Budak itu bermaksud mengatakan bahwa ia sangat lapar.
"Betapa dermawannya budak ini, dia lebih dermawan dari
pada saya". Kata AbduLlah dalam hati. Dia kemudian pergi menuju majikan
budak itu, membeli kebun beserta budaknya dan peralatan di dalamnya, lalu
memerdekakan budak tersebut sekaligus memberikan kebun itu kepadanya.
Diceritakan ada seorang pria mendatangi kawannya lalu
megetuk pintunya dan tuan rumah pun keluar seraya bertanya, "Untuk apa
engkau mendatangiku ?"
"Untuk 400 dirham yang engkau hutangkan kepadaku".
Tuan rumahpun kemudian masuk, mengambil uang sejumlah yang
dibutuhkan tamunya, dan memberikan kepadanya. Setelah tamunya pulang, dai
menangis. Isterinya heran melihat sikap suaminya.
"Apakah engkau merasa keberatan dengan memenuhi
permintaan tamu itu " tanya isterinya.
"Saya menangis sampai tidak mengetahui keadaannya
sehingga dia datang untuk mengutarakan hajatnya kepada saya".
Mutarrif bin Asy-Syakhir berkata, "Jika salah seorang
dari kalian membutuhkan sesuatu kepada saya, maka sampaikanlah secara tertulis.
Karena saya tidak suka melihat hinanya kebutuhan di wajahnya."
AbduLlah bin Abbas adalah seorang ulama sufi terkenal
dizamannya. Seseorang bermaksud menjebaknya dalam permainan kotornya, maka
orang itu mendatangi tokoh-tokoh masyarakat sambil meninggalkan pesan,
"AbduLlah bin Abbas mengundang kalian pada acara jamuan makan besok
pagi." Orang-orang pun akhirnya datang dan memenuhi ruangan AbduLlah.
"Ada apa ini."? Tanya AbduLlah heran melihat para
tamu yang tidak diundang ikut memenuhi rumahnya.
Kemudian seseorang dari mereka menceritakan, tentang
undangan yang disebarkan kemarin. AbduLlah diam. Dia tidak berkata apa-apa
selain segera memerintahkan para pelayannya untuk pergi membeli buah-buahan,
roti, daging, dan meminta mereka untuk memasaknya dengan baik. Setelah acara
selesai, dia bertanya kepada wakil para undangan,"Apakah acara ini harus
kami adakan setiap hari ?"
"Ya" jawab mereka.
"Kalau begitu datanglah kalian tiap hari mulai
besok." Pesannya
Ustadz Sahal Ash-Sha'luki ketika datang berwudhu di halaman
rumahnya, ada seorang pengemis datang meminta sesuatu dan dia tidak segera
mengabulkan permintaannya.
"Sabarlah sebentar sampai saya menyelesaikan
wudhu." Katanya pelan.
Pengemis itupun sabar menunggu.
Ambil bejana dan keluarlah," kata ustadz.
Dia mengambil dan membawanya pergi. Setelah tahu bahwa
pengemis itu telah jauh, Abu Sahal berteriak, "Seseorang telah masuk
halaman rumah dan mengambil bejana tempat wudhu."Orang-orang yang
mendengar segera mencari orang yang dituduh mencuri bejana dan mereka tidak menemukannya.
Abu Sahal melakukan demikian karena tahu bahwa penghuni rumah seringkali
memakinya akibat sikapnya yang berlebihan dalam memberi.
Ustadz Abu Sahal memberikan jubah musim dinginnya kepada
seseorang. Kemudian dia pergi mengajar dengan memakai jubah wanita karena
memang tidak ada jubah lain selain yang dipakainya. Tidak beberapa lama,
datanglah beberapa utusan kenegaran dari persia yang diantara mereka terdapat
beberapa tokoh ulama dari berbagai kalangan. Diantra mereka adalah ulama fikih,
ulama ahli teologi, dan ulama ahli bahasa. Abul Hasan, si pemmpin rombongan
menyodorkan surat yang isinya meminta ustadz untuk menghadap ulama pemerintah.
Ustadz kemudian masuk ke dalam lalu kemudian keluar dengan memakai baju besi
yang melapisi jubah wanitanya lalu berangkat. Begitu tiba di tempat tujuan,
sang imam menyindir,"Dia sebenarnya sengaja menganggap enteng kami,
seorang imam negara, dengan memakai baju besi yang dilapsisi jubah
wanita." Kemudian diskusi kenegaraan pun dimulai. Mereka membahas berbagai
masalah hukum. Masing-masing ulama saling melemparkan pendapat dengan argumen
yang berbeda. Tetapi, tidak satupun pendapat yang bisa menandingi pendapat sang
ustadz. Pendapat ustaz mengungguli semua disiplin ilmu yang dikuasai para ulama
yang hadir dalam diskusi tersebut.
Syaikh AbduRrahman As-Sulami berkata, "Ustaz Abu Sahal
tidak pernah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan tangannya selain
melemparkannya terlebih dahulu ke tanah supaya seseorang yang membutuhkannya
mengambilnya sendiri. Ketika ditanya dia menjawab,"Dunia lebih sedikit
menkhawatirkan saya daripada yang saya lihat pada keagungan tangan di atas
daripada tangan di bawah. RasuluLloh SAWW bersabda :
اليد العليا خير من
اليد السفلى
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Abu Murtsid adalah seorang dermawan yang mulia, pernah
mendapat pujian dari seorang penyair. Ketika pujian itu diperdengarkan di
hadapannya, dia berkata," Saya tidak mempunyai sesuatu yang dapat saya
berikan kepada tuan. Akan tetapi tuan bisa mengajukan saya di hadapan hakim
dengan tuduhan mencuri uang tuan sebesar 100.000 dirham. Saya akan mengakui
tuduhan itu. Dengan demikian hakim akan memenjarakan saya dan tentunya keluarga
saya tidak membiarkan saya dipenjara. Mereka akan menebus saya dengan memberikan
uang ganti rugi kepada tuan,"
Penyair itu benar-benar melakukan saran Abu Murtsid. Dia
akhirnya dipenjara, kemudian dikeluarkan setelah keluarganya memberikan ganti
rugi kepada penyair. Abu Murtsid selamat dair penjara dan si penyair mendapat
uang 100.000 dirham.
Diceritakan bahwa seseorang meminta sesuatu kepada Hasan bin
Ali bin Abi Thalib RA, lalu beliau memberinya 50.000 dirham dan 500 dinar
sambil memberikan pesan,"Bawalah seorang pelayan yang akan meembawakan
barang-barang ini untuk anda". Kemudian dia datang dengan ditemani seorang
pelayan dan Hasan memberikan jubbah hijaunya kepada pelayan sambil berkata,
"Untuk ongkos pelayan biar saya yang menanggung".
Dikisahkan tentang seorang wanita yang meminta semangkok
madu kepada Al-Laits bin Sa'ad. Lalu dikirimkan kepadanya sekantong besar yang
penuh dengan madu. Pelayannya mengingatkan, "Dia hanya meminta semangkok
madu."
"Benar, dia meminta sebatas kebutuhannya, dan saya
memberi sebatas kepuasan saya."
Ada seorang ulama melakukan shalat di masjid Asy'ats di
Kufah. Dia memohon kepada Alloh supaya diberi kemampuan membayar hutang.
Setelah salam, dia menemukan sepasang sandal dan sepotong baju baru di
depannya.
"Apa ini ?" tanyanya kepada seseorang.
"Al-Asy'ats baru tiba dari Makkah dan beliau
memerintahkan kepada beberapa muridnya untuk membagikan barang ini kepada semua
jama'ah masjidnya."
"Tetapi saya datang untuk memohon kepada Alloh supaya
dibebaskan dari hutang, dan saya bukan termasuk jama'ahnya."
"Sedekah ini untuk semua yang hadir." Jelas
mereka.
Diceritakan bahwa ketika kematian Imam Syafi'i hampir tiba,
dia berpesan, "Datangkanlah seseorang yang akan memandikan jenasah
saya." Pria yang dimaksud adalah orang asing. Lalu disampaikan kepadanya
pesan sang imam. Lelaki itu tidak mengerti maksudnya, dan diminta untuk
mengingat sesuatu, dan akhirnya menemukan bahwa dia mempunyai hutang 70.000
dirham. Imam Syafi'i meminta pelayannya untuk memberikan uang sejumlah itu
kepada pria tersebut. "Inilah mandi jenazah saya". Kata sang imam.
Diceritakkan juga ketika Imam Syafi'i tiba di Makkah dari
kota San'a, dia membawa uang 10.000 dinar.
"Apakah tuan hendak membeli budak ?" taya
seseorang
Dia langsung merobohkan kemahnya dan keluar ke pinggiran
kota Makkah. Uang yang dibawanya dituangkannya ke tanah dan kepada seriap orang
yang datang dia memberinya segenggam uang. Ketika waktu zuhur tiba, dia berdiri
lalu menepuk bajunya dan tidak satupun uang yang tersisa di dalamnya.
diceritakan, pada saat hari lebaran, Sary As-Saqthi keluar
rumah. Kemudian seorang tokoh masyarakat menerima kunjungannya. Dia
menyambutnya dengan hormat, tetapi As-Saqhty membalasnya dengan biasa. Bahkan
dia membalas salamnya kurang lengkap.
"Dia seorang pembesar."Seseorang mencoba
mengingatkan.
"Saya tahu".
"Tetapi mengapa ?"
Lalu dijawab, "Seorang perawi mengatakan,' jika dua
orang islam bertemu maka 100 rahmat dibagi diantara keduanya. Yang 90 bagian
bagi untuk mereka yang lebih murah senyum, dan saya ingin dia memperoleh yang
lebih banyak.'"
Dikisahkan bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib pada suatu hari
menangis, lalu ditanyakan kapadanya,"Apakah yang membuat tuan menangis
?"
"Semenjak seminggu saya tidak kedatangan tamu. Saya
takut Aloh menghinakan saya". Jawabnya
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia berkata,
"Zakat rumah adalah penggunaannya untuk menerima tamu".
Mengenai ayat yang berbunyi :
هَلْ أَتَاكْ حَدِيْثُ ضَيْفِ
إِبْرَاهِيْمَ الْمُكْرَمِيْنَ
Sudahkah sampai kepadamu cerita tentang tamu Ibrahim (para
malaikat) yang dimuliakan ? (QS Adz-Dzariyat 24)
Menurut seorang mufasir pengertiannya adalah pelayanannya
kepada mereka dengan dirinya sendiri.
Ibrahim bin Al-Junaid berkata, "Empat hal yang tidak
boleh dipandang rendah meski dia seorang amir atau penguasa : berdiri dari
majlis untuk menyambut orang tua, melayani tamu, melayani guru yang telah
mengajarinya, dan bertanya tentang sesuatu yang belum diketahui."
Alloh SWT berfirman :
ليس عليكم جناح أنتأكلواجميْعاأوأشتاتاً
Tidak ada halangan bagimu untuk makan bersama mereka atau
sendirian.
Menurut Ibnu abbas, RA ayat tersebut mengandung pengertian
ketidak bolehan seseoarng makan dengan sendirian, lalu mereka diberi
keringanan.
Diceritakan bahwa AbduLlah bin Amir bin Kariz menjamu
seorang pria dengan jamuan terbaik. Ketika tamu itu hendak melanjutkan
perjalanan, para pelayannya tidak membebaskannya. Lalu hal itu dilaporkan
kepadanya, dan AbduLlah menjawab, "Sesungguhnya mereka bermaksud
menahannya untuk tidak melanjutkan perjalanan dari kami".
AbduLlah bin Bakuwaih mendengarkan syair Al-Muttanabi
berkaitan dengan hal di atas :
Jika engkau pergi dari kami
Sungguh mereka kuasa
Untuk tidak berpisah dengan mereka
Maka pergi adalah lebih penting.
AbduLlah bin Mubarak berkata, "bermurah hati dari apa
yang ada di tangan manusia (tidak tertarik atau iri) adalah lebih utama
daripada bermurah hati dengan memberi.
Seorang sufi berkata, "saya masuk rumah Bisyr bin
Harits pada hari yang sangat dingin. Dia melepaskan pakaiannya sehingga
tubuhnya tampak menggigil kedinginan. "Hai Abu Nashr" sapa
saya." Orang-orang pada musim dingin memakai pakaian rangkap tetapi engkau
malah menguranginya."
Dia menjawab, "Saya mengingat orang-orang fakir yang
tidak seperti mereka, sementara saya tidak memiliki sesuatu untuk diberikan
kepada mereka selain dengan seperti ini. Karena itu saya berusaha memenuhi hak
mereka dengan tebusan diri saya yang saya biarkan kedinginan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar